Selamat hari minggu Letare buat yang baca blog aku..
Lohh kok pake letare segala?
Nah kalo di HKBP setiap minggu itu
punya nama dan ada artinya.
Minggu ini namanya minggu Letare yang artinya marlas ni roha ma hamu (bersukacitalah
senantiasa).
Kenapa aku tiba-tiba ngebahas nama minggu ini, sejujurnya karena
sermon guru sekolah minggu pada hari Jumat lalu, entah kenapa firmanNya menegur
aku secara khusus.
Jadi ceritanya aku persiapan baca bahan untuk mengajar sekolah minggu, terus aku baca
almanak juga buat tau tema minggu ini, seperti yang aku bilang di awal minggu
letare artinya bersukacitalah senantiasa, nah tapi ternyata temanya “beribadah
dengan hormat dan takut”, lalu nats sekolah minggunya diambil dari Yosua 1: 6-9.
Sebagai manusia biasa yang masih suka mengandalkan pikiran sendiri aku
nanya dalam hati “ ini kok gak nyambung ya?” Kenapa dari bersukacita jadi beribadah
dengan hormat dan takut? Terus kenapa nats sekolah minggu malah ngomongin tentang
Yosua? Maksudnya teh naon??
Tibalah waktunya sermon..
Amang guru : Nama minggu, tema minggunya dan natsnya sekilas seperti
tidak nyambung yaa??
aku : (lagi sok sok ngerasa sama dalam hati) Loh kok persis kayak yang
aku pikir yaaa..tuh kan bener apa kataku.
amang guru : Nah itulah kalo kalian mengartikan bersukacita dalam arti
yang sempit!
aku : (tak dess) Upssssss!!!!!
amang guru : Pasti yang kalian pikirin bersukacita itu
bersenang-senang. Coba kalo bersukacitanya diartikan dengan hidup yang jauh dari
bersungut sungut, bersungut sungut itu kan keadaan dimana kita gak puas, tidak
sesuai dengan keinginan, khawatir, mengeluh.
Nah akupun mulai menemukan benang merahnya.
Iya juga yaa, kebanyakan dari kita mengartikan bersukacita itu dalam artian
yang sempit yaitu hidup yang senang penuh rasa syukur, puas sesuai dengan
keinginan, tujuan tercapai, nggak ada hambatan apapun, sejahtera, semua
kebutuhan tercukupi tapiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii amnesia kalo itu semua gak akan
mungkin terjadi kalo sehari-hari masih suka ngeluh, suka khawatir masa
depan kayak gimana.
Ternyata nggak cukup dengan cuma bersyukur. Suka
khawatir dan suka ngeluh itu tanda kita ragu sama kekuatan dan rencana Tuhan. Jadi
bersyukurnya sama siapa dong ya kalo ternyata masih ragu sama Tuhan.
Menyambung dengan Yosua 1, Allah 3x berkata “Kuatkan dan teguhkanlah
hatimu” kepada Yosua seorang yang taat dan udah pasti akrab dengan Allah, tapi
ketika dia ditugaskan untuk menggantikan Musa dalam memimpin bangsa Israel
tetap saja muncul kekhawatiran di hatinya. Dia ragu kalo dia bisa memimpin
bangsa yang besar udah gitu suka bersungut-sungut, suka melenceng. ALLAH tau kekhawatiran Yosua.
Tuh kan Yosua aja khawatir, apalagi aku yang hanyalah butiran debu. Eits
jangan lupa ALLAH nya Yosua dan ALLAHku itu sama. Tanpa campur tangan Allah,
Yosua juga butiran debu. Kalo Yosua nggak berhubungan akrab dengan ALLAH
bagaimana Yosua bisa mendengar instruksi ALLAH dengan baik. Semuanya itu
dimulai dari usaha Yosua untuk senantiasa beribadah dengan hormat dan takut
kepada ALLAH. Kita pun seperti itu, masalah bakal ada terus dalam hidup kita
tapi pilihan kita mau berjuang sendiri atau sama ALLAH. Kalo berjuang sendiri
siap-siaplah dengan hidup yang berisi dengan sungut-sungut dan jauh dari
sukacita. Kalo mau berjuang sama ALLAH, maka latihlah diri kita untuk beribadah
pada ALLAH.
Semuanya kena banget ke aku, dengan kondisi saat ini terkadang aku suka
ngeluh kenapa hidup aku kok begini2 aja, kapan berakhirnya, kapan tercapainya, khawatir gimana
nasibku nanti, apa kata orang, ahhhhhhh banyak deh.
Coba seandainya bisa kesampean pasti senang, tenang, puas. Nah tanpa
kusadari mengartikan bersukacita itu sesuai pengertianku sendiri.
Padahal who knows dan gak ada yang menjamin kalo seandainya keinginan atau
rencanaku kesampaian hidupku bakalan senang.
Akunya lupa sama rencana Tuhan, akunya sibuk mikirin rencana sendiri,
akunya sibuk minta2 sama Tuhan tapi ragu kalo itu bakal dikabulin, akunya
bingung tapi suka lupa minta instruksi Tuhan.
Selama ini bersukacita tapi sekali sekali, bersukacita tapi dengan syarat yang dibikin sama diri sendiri.
Nah, jadi Letare “bersukacitalah senantiasa” bukan
keadaan yang terjadi dengan sendirinya tapi sebuah perintah yang harus
diperjuangkan agar terwujud. Yang bikin susah adalah kata “senantiasanya” itulah
yang bikin kita terus berjuang. Dalam berjuang itu butuh ketaatan dan
kesetiaan. Tuhan memerintahkan kita untuk bersukacita senantiasa yang artinya
kita pun harus percaya akan penyertaan dan rencanaNya tanpa keraguan. Mau bersukacita yaa harus bergaul akrab dengan Si Empunya dan Sumber sukacita tu sendiri.
Aku tulis hasil renunganku bukan pengen sok-sok'an tapi sebagai pengingat agar suatu saat ketika penyakit lupaku kembali muncul, aku kembali ingat
dan terus berjuang untuk senantiasa “bersukacita”.
Semangattttttttttttttt............!!!!!!!!!!!!!!!
Mantap kak
BalasHapusSemngat
Mantap kali....kena juga ke awak
BalasHapusGod bless always
Puji Tuhan kak berkat tulisan kk ini aku juga merasa terberkati, karena selama ini aku juga sama pemikirannya dg kk yaitu sukacita adalah rasa senang dan puas. Tapi aku lupa bahwa hidup damai didalam Tuhan Yesus, tanpa khawatir akan ini dan itulah sebenarnya sukacita.
BalasHapusBagus tulisannya
BalasHapusBaik, jadi tahu arti LATARE sesungguhnya.
BalasHapus